Namanya Sali, gadis lugu yang cantik dari kampung kecil di pinggiran kota. Wajahnya berbeda dari kebanyakan gadis yang tinggal di perkampungan kumuh lainnya. Rambut pirang, dengan mata biru dan bulu mata yang lentik. Hidungnya tinggi namun kecil, sedangkan bibirnya kecil tapi merah merekah bagai delima. Kulitnya putih bersih, tubuhnya ramping bak selebritis ibu kota dengan postur badan tinggi seperti orang eropa. Itu yang membuatnya terlihat begitu mencolok dibanding anak-anak gadis lainnya. Ibu Sali hanya penjual nasi uduk di pinggiran rel kereta. Pelanggannya hanya sebagian dari pejalan kaki yang melintasi rel kereta, selebihnya itu penduduk kampung dan para tunawisma juga pengemis-pengemis. Kadang untung kadang buntung. “bu..” “iya nak”, jawab mak Dasmi sambil membalik gorengannya. Wajahnya menyimpan lelah yang banyak. Keriputnya tidak bisa lagi disembunyikan. Sali berjalan mendekati seseorang yang biasa ia panggil ibu, kemudian memeluk tubuh kecil kurus yang sudah mul