Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Langkah

Tlah ku bulatkan tekad Tak perlu lagi dipikirkan Apakah aku salah atau benar Tak perlu melihat jauh kedepan Ini bukanlah nafsu Aku tau ini cinta. . . Tapi jika kukatakan pada dunia, takkan pernah cukup kata-kataku Karena tidak kukatakan padamu Dan itulah harus kulakukan jika akhirnya aku bersamamu Haruskah aku menyerah atau terus lanjutkan langkah Meski jalan ini menuju entah kemana atau akankah sia-sia Meski aku tau tempatku haruskah kutinggalkan disana Haruskah aku menyerah atau terus lanjutkan langkah Meskipun jalan ini menuju entah kemana Kukuatkan diriku dan terbang kitari lingkaran  Menunggu saat hatiku luruh dan punggungku mulai pegal Akhirnya mungkinkah begini. . .

Ordinary

"If what you see by the eye doesn't please you, then close your eyes and see from the heart. Because the heart can see beauty and love more than the eyes can ever wonder" Mungkin hidup ini tak banyak membuat kita puas. Keluhan-keluhan yang kadang diungkapkan hanya untuk alasan emosional. Umurmu sudah 21, tapi apa yang sudah dilakukan untuk hidupmu? Aku pernah jatuh dari ketinggian, merasakan dada ini begitu sesak seperti disayat ribuan pisau bersamaan. Merasakan sendiri dalam sepi yang berkepanjangan meski angin menghempasku diseluruh tubuh, menggoyang tubuhku kesana-kemari tanpa arah. Dingin dan sepi. Tapi kemudian jatuh dan sakit. Aku tak sempat berpikir saat aku ada diawang-awang, bagaimana bisa aku melihat sekeliling dengan mata jelas sedangkan air mata yang terbang kesana-sini. Belum lagi ketika aku menyentuh tanah. Lemas tak bernyawa, kaki, tangan, tubuh, dan wajahku penuh luka. Ketika itu tiba aku ingin hujan, aku ingin hujan bersamaku kemudian dengan lembut

Something Let it go. . .

"if you love something let it go, if it comes back to you it's your. if it doesn't, it never was" gelas berkeringat disamping buku-buku berdebu kadang terlihat menggiurkan dan kadang tidak sama sekali terserah padanya untuk isi aku suka yang merah kadang aku suka kuning, cokelat, hitam dan putih percuma aku bicara pada jarum yang berjalan bukannya berhenti, tapi malah berani memarahi aku tak suka di paksa berhitung lagi mundurpun aku ragu. . . . tapi berhenti itu lebih sulit dari yang aku bayangkan jujur saja, aku pernah coba merubah arahnya sedikit maaf. maaf pada rangkaian kata-kata pernah dibuat sistematis berharap kata 'mengerti' keluar dari dasar hati tapi takdir belum berani bilang 'iya' pada kisahnya membuat ribuan kata tak pernah terucap lalu hilang perlahan dimakan jarum-jarum itu

Obrolan Malam

Seperti biasa saja. Sepulang bekerja segera membasuh diri dengan mandi. Mencari yang tidak ada di rumah dan menanyakan segalanya yang tidak diketahui. Setelah mandi aku biasanya duduk depan televisi. Menikmati sore yang beranjak di telan malam perlahan dengan makanan manis yang dibuat ibu sebelum magrib tadi. Perbincangan hangat terjadi setiap hari di rumah ini. Rumah terindah yang dibuat ayah dan ibuku untuk membesarkan aku, kakakku, dan adik-adikku. Tidak besar memang. Namun nyaman dan tentram. Aku meneteskan air mata menulis ini. Sore ini perbincangan hangat seperti teh yang di buatkan ibuku sepulang aku bekerja, manis dan hangat. Itu mengapa aku selalu merindukan rumah dimanapun aku berada. Ayahku memulai perbincangannya, sebelumnya beliau menenggak kopi hitam miliknya dulu. Kemudian duduk disebelah adikku lalu bercengkrama. Ayahku memang begitu, sikap hangatnya setiap hari membuat siapa saja rindu padanya. Pernah waktu itu beberapa kali aku tanyakan keberadaan ayahku pada ibu