Ku lirik jam di tanganku lagi. Kuulagi terus menerus dan entah sudah yang keberapa kali. Kali ini aku memilih duduk di bahu jalan tempat kita pertama kali bertemu. *** Malam itu pukul delapan malam. Tapi aku masih berada di pinggir trotoar yang penuh asap kendaraan. Ditemani lampu jalan yang tepat disampingku. Dari jauh kulihat seseorang berlari kearahku. Tinggi, rambutnya tepat sebahu lurus, badannya sedikit terlihat kurus semakin lama semakin dekat kearahku. Dan….. “ini..” tangannya menjulurkan sesuatu. “ooh ..ini”, “kamu meninggalkannya di bangku bis tadi”, potongnya dengan nafas terenggah. Keringatnya jatuh begitu saja di kaus merah berkerah hitam dari kepalanya. Rambutnya yang sedikit gondrong terlihat lepek. Dia membungkuk seperti gerakan solat kearah jalan, sambil mengatur nafas barangkali. “maaf”, “sebenarnya ini tak terlalu penting, jadi aku tinggalkan” jawabku berbohong. “hah?” dia berdiri. Terlihat sangat terkejut dengan jawaban yang aku beri
Aku hanya merasa terlalu banyak menyimpan rahasia.