Langsung ke konten utama

are you?

dan pada akhirnya kita berteman kembali. Berteman di dunia tanpa batas.

Kadang saya tidak bisa hindari perasaan-perasaan lama yang pernah kita buat sendiri, saya mungkin terlalu malu-malu mengakuinya. Maklum saja jika menyangkut harga diri. Sebenarnya tak perlu di tanya kenapa ketika sebuah hubungan intens yang dilakukan dua orang tiba-tiba harus merenggang, ada banyak hal yang berubah diantara keduanya. Kadang lingkungannya juga berubah. Yah... meskipun jatuh cinta itu sudah biasa, tapi ketika perasaan cinta sudah tak terakui oleh keduanya pasti sakit rasanya.
Tapi saya tidak lupa bahwa cinta adalah harga diri yang harus di usung tinggi. Meski kadang perasaan sakit harus dipendam sendiri, apalagi cuma cemburu yang menguras hati. Tak perlu kan saya mengucap maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahan.

Beberapa waktu lalu saya sudah bulatkan tekad. Menatap masa depan dengan mantap sambil menggenggam cita-cita yang tak muat adalah tujuan. Membiarkan hati ini kosong dulu lalu menganggap terisi kembali itu hadiah. Kali ini biarkan saja warna-warna hijau itu  menyala-nyala dalam layarmu. Jangan sampai menganggu, apalagi menarik kembali ucapan-ucapan yang dulu. ah... sepertinya tidak mungkin.

:) echa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Pagi

Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiiring embun menggelanyut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi, malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan dan helaan nafas tertahan. Masalah ini bukan soal waktu, justru waktu akan mengkhianati semuanya. Semakin lama akan semakin sakit. Aku tidak tahu cerita selanjutnya. Tetapi sejak hari itu, malam-malam terasa lebih panjang oleh helaan nafas tertahan. Gerakan tubuh resah. Mimpi-mimpi buruk. Terbangun berkali-kali di tengah malam. Mencari pegangan di gelapnya kamar. Mendekap sesuatu. Tertunduk. Seolah-olah melihatnya, tapi ia sungguh tidak ada di sekitar. Seolah-olah mendengarnya, tapi ia sunggu

ALIHKAN

Damai di dalam jiwa yang sering kita rasa dan perasaan terlena yang sering kita ungkap itu tak lagi ada. Mungkin dimakan oleh kayu-kayu harapan yang pernah kamu buat, atau mungkin sudah habis dimakan rayap-rayap yang kelaparan karena rumah itu tak pernah jadi. Beberapa hari ini aku selalu bertanya pada Tuhan yang aku tahu meskipun aku tak bertanya padanya Dia selalu menjawab semuanya. Apa yang aku pertanyakan adalah kenyataan. . . Logika yang sudah begitu lama kau puja.

Cinta Bersemi Bagiku

Yang sesungguhnya terjadi, cinta bersemi bagiku di saat aku belajar mencintai diriku sendiri. Mungkin terdengar aneh, tapi itu benar. Seingatku, aku adalah si tukang bikin senang orang lain, selalu mengerjakan dan menjadi apa yang diharapkan oleh orang lain. Jangan bicara keras-keras, jangan suarakan opinimu, duduk tegak, senyum. Hingga sampailah di titik saat hanya senyumku itu, senyum yang menjadi merek dagangku, yang menjadi satu-satunya kepunyaanku. Aku seperti bersembunyi di belakang senyumanku. Dengan cepat aku berubah dan tumbuh menjadi sesosok pribadi. Aku pasti khawatir orang-orang tidak menyukai berseminya bunga dalam diriku yang akan membentuk kepribadianku. Jadi, aku mundur dari pergaulan. Kesepian, kerinduan, kesedihan yang kurasakan waktu itu masih terasa menyengat sampai kini. Aku sangat mendamba kehadiran seseorang yang bisa merasakan betapa besar penderitaanku, tapi kenyataanya tak ada siapa-siapa. Aku ingin tangisku didengar, tapi semua orang terlalu terserap dalam