Kita pernah bertemu.
Di sebuah toko buku. Berbincang seperti sudah saling mengenal jauh. Kemudian menarik senyum satu persatu. Aku perhatikan bentuk wajahmu diantara sela-sela buku. Mengintip malu-malu.
Wajah yang merah seperti tertangkap basah. Mata yang ramah juga teduh mengajak aku bicara tanpa kata.
Rambutnya sedikit panjang. Alis tebal. Hidung mancung dan bibir kecil tipis yang terlihat bawel. Tidak tampan. Tapi senyummu manis.
Apa ini terlihat keterlaluan? mengingat seorang dirimu begitu jauh.
Salah siapa yang menegur seorang tak dikenal di toko buku. Mengajak diskusi asal dengan modal "sendirian?"
Mungkin salahku, menjawab pertanyaan asing terlalu cepat. Tapi ini kesalahanmu karena mengikuti langkah kakiku.
Apa aku terlalu percaya diri untuk bilang kamu menyengaja. atau alasan karena datangmu juga sendirian. Jadi merasa sependerita dan sepenanggungan.
Ini hanya sekali. Seperti ada sesuatu saat di toko buku. Berjalan seperti sepasang sepatu sambil bercengkrama. Tak ada lagi dingin suasana, karna hangatnya perbincangan kita.
Aku seperti terhipnotis. Berbicara senyaman yang pernah aku rasa. Meluapkan isi kepala tanpa batas dengan semangat membara. Apa mungkin kita memiliki kesamaan yang masif?
Aku rasa kau lebih banyak tau segalanya. Mungkin karena kegemaranmu dalam membaca.
Tapi seberapa ingatnya dirimu tentang halaman buku yang kau suka tetap saja kau kurang satu hal.
Menanyakan namaku.
Aku terlalu terpesona bertanya siapa namamu.
Ingin mengulanginya lagi. Tanpa berakhir di meja kasir seperti kemarin.
Kalau kata anak gaul sekarang apa yah namanya? ah iya... cinta pandangan pertama.
Di sebuah toko buku. Berbincang seperti sudah saling mengenal jauh. Kemudian menarik senyum satu persatu. Aku perhatikan bentuk wajahmu diantara sela-sela buku. Mengintip malu-malu.
Wajah yang merah seperti tertangkap basah. Mata yang ramah juga teduh mengajak aku bicara tanpa kata.
Rambutnya sedikit panjang. Alis tebal. Hidung mancung dan bibir kecil tipis yang terlihat bawel. Tidak tampan. Tapi senyummu manis.
Apa ini terlihat keterlaluan? mengingat seorang dirimu begitu jauh.
Salah siapa yang menegur seorang tak dikenal di toko buku. Mengajak diskusi asal dengan modal "sendirian?"
Mungkin salahku, menjawab pertanyaan asing terlalu cepat. Tapi ini kesalahanmu karena mengikuti langkah kakiku.
Apa aku terlalu percaya diri untuk bilang kamu menyengaja. atau alasan karena datangmu juga sendirian. Jadi merasa sependerita dan sepenanggungan.
Ini hanya sekali. Seperti ada sesuatu saat di toko buku. Berjalan seperti sepasang sepatu sambil bercengkrama. Tak ada lagi dingin suasana, karna hangatnya perbincangan kita.
Aku seperti terhipnotis. Berbicara senyaman yang pernah aku rasa. Meluapkan isi kepala tanpa batas dengan semangat membara. Apa mungkin kita memiliki kesamaan yang masif?
Aku rasa kau lebih banyak tau segalanya. Mungkin karena kegemaranmu dalam membaca.
Tapi seberapa ingatnya dirimu tentang halaman buku yang kau suka tetap saja kau kurang satu hal.
Menanyakan namaku.
Aku terlalu terpesona bertanya siapa namamu.
Ingin mengulanginya lagi. Tanpa berakhir di meja kasir seperti kemarin.
Kalau kata anak gaul sekarang apa yah namanya? ah iya... cinta pandangan pertama.
Komentar
Posting Komentar