Langsung ke konten utama

Gigi Papah

Garis-garis di dahinya semakin hari semakin bertambah. Kapan aku memperhatikan itu? 
Kulit wajahnya pun sedikit turun. Aku tak tau itu terjadi.
Kulitnya menghitam semakin hari. Tampannya juga mulai luntur. Gagah fotonya kini tak nampak lagi.
Hei.. aku ingat dulu.
Saat kaki-kakiku kecil. Tubuh yang mungil. Si kecil yang rajin bertanya padamu. Aku sangat lucu bukan? 

Kenapa aku baru sadar. Kau semakin tua sekarang.
Hampir setengah abad beberapa tahun lagi.

Sore ini ketika makan bersama, kita berbincang tentang banyak hal. Seperti biasa. Mungkin aku yang paling banyak bicara. 
Makanannya habis. Kemudian kita bergurau tentang pertandingan bulutangkis di tv. Akhirnya dia menyadari, gigi nya patah. Ompong satu.
Aku tertawa, memanggil ibu di luar yang berbincang dengan tetangga untuk masuk kepembicaraan kita. Giginya patah.
Candaan baru keluarga.

Di sela tawa kita, garis-garis di dahinya semakin terlihat. Ia menjadi tua.
Tawaku berubah takut.
Aku berharap ia mendampingiku selamanya. Semoga Allah selalu melindungi papah. Di manapun, kapanpun.
Lindungi mama dan papah ya Allah.
Aku tak tau cara menggambarkan cintaku padanya.
Pada mama dan papahku.
Semoga aku tak pernah menyia-yiakan waktu hidupku kepada yang lain.
Aamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURHAT #1

Lagi dilanda rindu nih. Biasanya tiap pagi ada yang matiin alarm, nyuciin baju dan sprei, adanya bangunin buat berangkat kerja, ada temen beli jajan ke warung emak isal, ada temen ke Indomaret, ATM dan toko pakan kucing langganan. Sekarang Aku apa-apa sendiri. Udah hampir sebulan teman tidur alias adikku tertjinta mesti merantau ke Malang-Jawa Timur demi menggapai cita-cita. Dari awal kelas 12, sebenernya gue yang paling semangat sih untuk ngarahin sebenernya passion Ade Nur ke mana. Dia banyak konsultasi sampe belajar tes dan lain-lain yang dibutuhkan. Sampai akhirnya ikutan tes masuk PTN, kayak SNMPTN, SBMPTN, UM Undip dan SIMAK UI. Dan terterimalah di UNBRAW, dengan jurusan favoritnya yaitu Antropologi. Alhamdulillah. Seneng dengernya, semangat juga ngurusin ina ini, ita itu yang diperluin. Sampe anter pindahan dan ospek juga. Tapi pas pulang, gue mewek. Yha, gimana nggak sedih, ya. Selain jadi Adik, Ade Nur mungkin bisa dibilang teman baik, teman curhat terpecaya untuk hal-h

ALIHKAN

Damai di dalam jiwa yang sering kita rasa dan perasaan terlena yang sering kita ungkap itu tak lagi ada. Mungkin dimakan oleh kayu-kayu harapan yang pernah kamu buat, atau mungkin sudah habis dimakan rayap-rayap yang kelaparan karena rumah itu tak pernah jadi. Beberapa hari ini aku selalu bertanya pada Tuhan yang aku tahu meskipun aku tak bertanya padanya Dia selalu menjawab semuanya. Apa yang aku pertanyakan adalah kenyataan. . . Logika yang sudah begitu lama kau puja.