Langsung ke konten utama

CURHAT #1

Lagi dilanda rindu nih. Biasanya tiap pagi ada yang matiin alarm, nyuciin baju dan sprei, adanya bangunin buat berangkat kerja, ada temen beli jajan ke warung emak isal, ada temen ke Indomaret, ATM dan toko pakan kucing langganan. Sekarang Aku apa-apa sendiri. Udah hampir sebulan teman tidur alias adikku tertjinta mesti merantau ke Malang-Jawa Timur demi menggapai cita-cita.

Dari awal kelas 12, sebenernya gue yang paling semangat sih untuk ngarahin sebenernya passion Ade Nur ke mana. Dia banyak konsultasi sampe belajar tes dan lain-lain yang dibutuhkan. Sampai akhirnya ikutan tes masuk PTN, kayak SNMPTN, SBMPTN, UM Undip dan SIMAK UI. Dan terterimalah di UNBRAW, dengan jurusan favoritnya yaitu Antropologi. Alhamdulillah.

Seneng dengernya, semangat juga ngurusin ina ini, ita itu yang diperluin. Sampe anter pindahan dan ospek juga. Tapi pas pulang, gue mewek. Yha, gimana nggak sedih, ya. Selain jadi Adik, Ade Nur mungkin bisa dibilang teman baik, teman curhat terpecaya untuk hal-hal yang kadang gue ngomong sama orang tua ajah susah. Ade andalan karena mengerti kakaknya suka malesan di rumah, jadi dia lebih banyak inisiatif bantu nyokap atau keperluan gue (cucian). Teman andalan di susah, seneng yang nggak akan ninggalin gue, ya kan serumah. Temen berantem, temen belanja, nonton, jalan, makan, drama korea, kpop ah banyak deh.

Ini jujur, ya. Kadang gue mikir, Ade gue kangen nggak ya, sama gue. Bisa nggak ya di sana apa-apa sendiri, soalnya kalo di rumah dia mau pergi kemana-mana minta anter gue, minta temenin, minta bantuin. Berasa banget ditinggalnya. Biasanya ada temen yang diajak ngobrol sebelum tidur. Ini sekarang tidurnya sendiri. Biasanya kalo gue susah tidur dia yang gue godain. Biasanya dia standby bukain pintu kalo gue pulang malem. Sekarang nggak. Duh, jadi bingung mau ngapain di rumah. Nggak ada yang diajak main. Tidur doang.

Semalem gue mimpiin Ade Nur, ketemunya di jalan. Terus ngobrol bareng sambil jalan-jalan tapi abis itu nggak ngapa-ngapain, cuma jalan sambil ngobrol doang. Pengen jadi kenyataan ajah mimpinya. Hal-hal sederhana yang dua bulan lalu nggak kepikiran bakal kangen, eh dikangenin. Aku kesepian. Kebetulan semua orang rumah lagi ke Cirebon untuk nikahan sodara. Terus jadi sendirian di rumah, emang sih sebelum tidur sempet telpon-telponan, sekedar nanya kabar, tapi ternyata Ade lagi sibuk banget kerja kelompok, pas nelpon sekitar jam 9 malem dia baru pulang dari kampus, abis mandi dan lagi mau tidur. Sebenernya pengen ngajak ngomong lama, tapi kayaknya kasian, dia udah capek. 
Pas bangun, yha. Kok mimpiin Ade, kayaknya kangen. :( Bukan kayaknya, ini emang kangen. Pengen liat langsung.

Ini jadi ada perasaan nyesel kenapa ngebolehin sekolah jauh-jauh ke Malang.

Mungkin kali ini isi blog gue berubah menjadi curhatan. Karena teman curhatnya jauh. Gue sebenernya coba nyari kontak seseorang di hape yang bisa dihubungin sambil nangis, tapi gue bingung siapa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan di lantai delapan

Malam ini cuaca tak seberapa bagus, bau air dimana-mana. Hujan turun. Seperti biasa, waktu berputar 24 jam dalam sehari, berhitung tak pernah lelah. Menentukan cahaya dan gelap masuk sesuai jadwalnya.  Hujan hari ini sangat bahagia, ditemani kawan petir sesekali. Aku tak memiliki alasan, mungkin mereka tertawa melihat tingkah manusia yang semakin hari semakin kejam. Aku sempat lupa. Hujan juga berkawan angin. Kadang masuk kesela tulang di pinggiran jalan yang gelap. Merubah murung si tukang air panas yang tak laku, menjadi tawa penuh harap. Bias-bias lampu yang indah kemudian masuk melalui kaca. Kegelapan yang seharusnya menyelimuti cakrawara kini sirna karena cahaya. Makna apa yang kamu miliki kini? adakah yang bisa kau simpan? setidaknya dalam hati. Jangan percaya siapapun. Apalagi pada gelap yang hanya beri bias. Cukup hidup pada pedoman keyakinan, doa orang tua, dan simpanan masa depan.

wanita penyeduh kopi

sebanyak kata yang pernah diucapkan olehnya, sebanyak kata yang kau dengar dari bibirnya mata, wajah, senyum dan rambutnya yang selalu tersapu angin hingga menutupi pelipisnya sampai gerah cuma itu yang bisa aku ingat. cuma itu yang aku tau apa kamu ingat kata-kata terakhirmu yang kau ucap diujung teleponku malam itu. begitu hambar, begitu lucu, begitu menggemaskan. jika kau sudi akan aku ulangi. tapi tak apa. aku ini wanita yang ada dipikiranmu. jadi selama kau anggap tidak mengapa aku pasti akan sama. mungkin bagi Tuhanku, dicukupkan waktuku bersamamu. kalau kata Tuhanmu bagaimana? pernahkah kau bertanya? jangan sebut ini berakhir sayang, bilang pada mereka aku baru saja mengenalmu. aku rindu kata-kata penuh pemikiran darimu. aku rindu cinta-cinta yang terselip dalam buku-buku sejarah milikmu. aku rindu dekap mata yang selalu membuatku betah bersama. aku rindu genggam tangan yang menjagaku dari pelarianmu untuk Tuhanku. aku rindu. apa ada yang ingin kamu tau dari aku? s...

Toko Buku

Kita pernah bertemu. Di sebuah toko buku. Berbincang seperti sudah saling mengenal jauh. Kemudian menarik senyum satu persatu. Aku perhatikan bentuk wajahmu diantara sela-sela buku. Mengintip malu-malu. Wajah yang merah seperti tertangkap basah. Mata yang ramah juga teduh mengajak aku bicara tanpa kata. Rambutnya sedikit panjang. Alis tebal. Hidung mancung dan bibir kecil tipis yang terlihat bawel. Tidak tampan. Tapi senyummu manis. Apa ini terlihat keterlaluan? mengingat seorang dirimu begitu jauh. Salah siapa yang menegur seorang tak dikenal di toko buku. Mengajak diskusi asal dengan modal "sendirian?" Mungkin salahku, menjawab pertanyaan asing terlalu cepat. Tapi ini kesalahanmu karena mengikuti langkah kakiku. Apa aku terlalu percaya diri untuk bilang kamu menyengaja. atau alasan karena datangmu juga sendirian. Jadi merasa sependerita dan sepenanggungan. Ini hanya sekali. Seperti ada sesuatu saat di toko buku. Berjalan seperti sepasang sepatu sambil bercengkrama. T...