Langsung ke konten utama

Dua Ribu Delapan Belas


Tahun ini gue cuma pengen lebih banyak menghargai hidup gue. Bukan karena hidup gue di tahun sebelumnya nggak pernah gue hargai, ya. Tapi lebih pengen enjoy my life lebih dan lebih lagi.

Dulu, gue mungkin menjadi pribadi yang belum matang. Orangnya sukar, sukar di sini ya maksudnya adalah nggak mudah berekspresi tentang apa yang lagi dirasain. Gue cenderung memendam perasaan, mulai seneng, sedih, sampe dendam dan sakit hati. Ya mungkin kalo seneng ya keliatan lah ya suka ketawak bareng, tapi kalo sedih dan lain-lain kan jarang banget bisa ditunjukin. Nah, tahun ini gue lagi mau lebih mengekspresikan perasaan-perasaan itu. Biar lebih menghargai hidup aja.

Karena menurut gue, hidup kan dinikmati bukan dari perasaan suka cita aja, duka cita juga musti dijalani. Kalo suka terus bukan hidup namanya, itu dongeng. Buat yang baca ini, coba ingetin ya kalo misalnya gue masih suka menyembunyikan perasaan. Namanya juga manusia, suka lupa kalo punya janji, walaupun sama diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURHAT #1

Lagi dilanda rindu nih. Biasanya tiap pagi ada yang matiin alarm, nyuciin baju dan sprei, adanya bangunin buat berangkat kerja, ada temen beli jajan ke warung emak isal, ada temen ke Indomaret, ATM dan toko pakan kucing langganan. Sekarang Aku apa-apa sendiri. Udah hampir sebulan teman tidur alias adikku tertjinta mesti merantau ke Malang-Jawa Timur demi menggapai cita-cita. Dari awal kelas 12, sebenernya gue yang paling semangat sih untuk ngarahin sebenernya passion Ade Nur ke mana. Dia banyak konsultasi sampe belajar tes dan lain-lain yang dibutuhkan. Sampai akhirnya ikutan tes masuk PTN, kayak SNMPTN, SBMPTN, UM Undip dan SIMAK UI. Dan terterimalah di UNBRAW, dengan jurusan favoritnya yaitu Antropologi. Alhamdulillah. Seneng dengernya, semangat juga ngurusin ina ini, ita itu yang diperluin. Sampe anter pindahan dan ospek juga. Tapi pas pulang, gue mewek. Yha, gimana nggak sedih, ya. Selain jadi Adik, Ade Nur mungkin bisa dibilang teman baik, teman curhat terpecaya untuk hal-h

ALIHKAN

Damai di dalam jiwa yang sering kita rasa dan perasaan terlena yang sering kita ungkap itu tak lagi ada. Mungkin dimakan oleh kayu-kayu harapan yang pernah kamu buat, atau mungkin sudah habis dimakan rayap-rayap yang kelaparan karena rumah itu tak pernah jadi. Beberapa hari ini aku selalu bertanya pada Tuhan yang aku tahu meskipun aku tak bertanya padanya Dia selalu menjawab semuanya. Apa yang aku pertanyakan adalah kenyataan. . . Logika yang sudah begitu lama kau puja.