Langsung ke konten utama

Listen


“I don’t have to tell you what I’m feeling (what I’m feeling)
Don’t need to know for whom your feeling is
I just really want to see your face again (see your face again)
And those smile I’ve seen when your crying”
Lagu Nowhere End dari The S.I.G.I.T  membahana dari dashboard mobil. Ada ketukan-ketukan seirama dengan dentuman drum yang diketuk Fana pada kemudinya. Padahal hampir 2 jam mobilnya berhenti di tol dalam kota. Padahal langit diluar sudah menelan malam ditambah gerimis hujan. Bukan rahasia kota seribu cahaya dengan jutaan kehidupan didalamnya sering membuat orang-orang sekitar menutup telinga oleh suara keluhannya sendiri. Fana kelihatan gelisah, garuk-garuk kepala dengan kesal kenapa bisa stuck selama 2 jam di tol dalam kota. Segala jurus penghilang bete sudah Fana lakukan. Mulai dari mendengarkan lagu dari band favorit, update status di facebook atau twitter, bbm temen-temen sekedar say hello tapi semua tetap nihil. Diputarnya otak dan akhirnya Fana ambil keputusan buat setel radio kesayangannya Oz Radio Jakarta.
*
“Yeiy , kembali lagi ozzer sama Adit disini. Gimana lagunya Glenn Fredli yang tadi ? jangan ikut-ikutan galau ya karna lagunya..”, Suara penyiar OzRadio memecah kekesalan Fana yang masih tinggi.
“By the way ozzer yang masih stay tune, ada kabar nih dari detik.com tadi. Kalo di tol dalam kota itu macet parah dan stuck sepanjang 10 Km. Aduuuh, engga kebayang yah gimana betenya nunggu dimobil dengan antrian kendaraan sepanjang itu”. Suara Adit yang khas membuat Fana berdecak kesal seolah memberitahu kalau itu yang dia rasakan saat ini, terjebak di tol dalam kota.
“Ozzer,dari pada bete…. kita buka topik nih buat ozzer yang mau bincang-bincang sama gw, temanya tentang ‘Hari Ini’ terserah lu mau certain apa, pokoknya tentang hari ini ajah. Gimana ozzer??? Okee engga. Gw tunggu telpon kalian yah setelah lagu Coldplay with Paradise gw puterin buat lu” lagu Coldplay – Paradise bergema di mobil Fana. Dibenaknya berfikir hari ini adalah 22 Januari bertanya-tanya mengapa Adit penyiar Oz itu membuka topik tentang hari ini.
“ah, ada-ada ajah si Adit” gumamnya sambil menikmati Paradise dari Coldplay.
Sepanjang lagu diputar, mobil didepan Fana belum menandakan akan berangkat pulang. Dinikmati lagunya, Fana merebahkan kepalanya di jok mobil sambil merenggangkan otot tangan dan pinggang yang sudah mulai kaku karna 2 jam duduk di mobil. Lagu yang di putar Adit penyiar gokil itu habis, kembali mengingat kata-kata Adit sebelum lagu ini diputar tentang hari ini. Fana tertarik, pikirnya untuk menghilangkan rasa mengantuk saat didalam kendaraan yang macet ini menelpon Oz Radio dan berbincang dengan Adit penyiar gokil itu merupakan solusi.
**
“Haaaai, ozzer, masih stay tune sama gue apa engga nih . Adit si penyiar kece se- Oz radio. Gimana , belum ada penelpon yang masuk nih sampe Coldplay berahir….”
Kring….
“wah, udah ada yang nelpon nih, haaaii ozzer, dengan siapa nih?
“Hai Adit. Gue Fana”
“haaai Fana, suara kamu lembut banget.” Ledek Adit “Lagi dimana nih? Mau bahas apa tentang ‘ Hari Ini’” Tanya Adit ramah dengan penelponnya.
“temanya harus hari ini dit?” jawab Fana dengan Tanya. “gue lagi dimobil nih, udah stuck selama 2 jam di tol dalam kota, tapi belom jalan-jalan juga” ceritanya panjang lebar.
“waaah, kasian banget ya si Fana Ozzer, dia masih ada di tol dalam kota jam segini. . . iya. Harus tentang hari ini Fana. Mau cerita apa nih? Monggo diceritakan….”
“oke Ozzer, gue mau mulai cerita nih. Hari ini tanggal 22 januari kan??”
“iya bener Fan. Ada hubungannya ya sama 22 Januari?” Tanya Adit mencari tahu.
”hari ini gue mau cerita masa lalu dikit engga apa-apa kan?”
“boleh kok Fan, apa sih yang engga buat kamu” ledek Adit. “nih ya kalo boleh gue tebak pasti mantan nih.”
“hahaha, tau ajah.” Jawab Fana cekikikan. Berpikir kalau betapa pinternya penyiar ini. “tapi ini cerita tentang mantan gue semasa SMA dulu dit. Cinta pertama deh maksudnya”
“Oke. Gue terima deh cerita hari ini tentang mantannya  yah. Bisa dimulaii ? 1…2…3…”
“Cerita gue hari ini adalah tentang 22 januari.  9 tahun yang lalu hari ini berharga banget ozzer. Karna hari ini adalah tanggal   jadian gue sama pacar pertama gue dulu dan 22 januari juga tanggal putusnya”
“serius Fan?” Tanya Adit. “Pacar pertama waktu di SMA, ceritain dong gimana dulu pacarannya”gaya Adit dengan khas seorang penyiar bicara.
“Iya, tanggal 22 januari selalu gue inget Dit. Karna waktu itu ada cowok dari kelas 2 IPA dateng kekelas gue bawa bunga beserta pot nya yang dibungkus pake plastik parcel.”
“bawa pot sama bunga ?  lu engga salah cerita Fan?...”
“engga. Ini serius. Ada kenangan yang lucu ada kenangan yang sedih juga. Mungkin ozzer juga bingung kenapa dia kekelas gw bawa bunga sama potnya. Gw juga bingung waktu itu, tapi dia dateng ke gue tulus” saat Fana menceritakannya bayangan  9 tahun yang lalu hadir.
22 Januari 2004
Bel pulang sekolah berbunyi, tanda berakhirnya mata pelajaran. Suara gemuruh anak-anak sekolah yang saling mendahului membuat ribut. Fana merapikan buku-bukunya, memasukannya dengan rapih kedalam tas.
“Fana..!” panggil seseorang yang Fana kenal. Anak laki-laki itu menarik ujung bibirnya menandakan senyum kepada Fana. Fana hanya membalasnya dengan senyuman.
Angga berjalan masuk kedalam kelas, dilihatnya Fana sibuk merapikan buku-buku mata pelajarannya.
“Fana. Ini buat kamu” Angga memberikan bingkisan parcel berisi bunga dengan potnya.
“kok, sama potnya juga? Bunganya ajah udah cukup kok.” Jawab Fana keheranan.
“Aku engga suka tanaman tanpa akar,disimpan  ya” timpal Angga.
“kenapa aku harus simpan?” jawab Fana masih sambil merapikan bukunya.
“Soalnya aku suka sama kamu, jadi kamu harus simpan itu” Angga berkata dengan tulus ke Fana. Fana terkejut dan memberikan senyuman pada Angga.
“Dit….masih dengerin gue?” Tanya Fana memecah kebisuan diantara mereka.
“ooh, masih Fan, masih. Sorry-sorry. Terusin lagi deh. Abis itu lu berdua langsung jadian tuh?” Tanya Adit pada Fana dengan gaya nyeleneh nya.
“iya, padahal Cuma dibales pake senyuman ajah. Mungkin karna sama-sama tau kalo gue juga suka. Jadi, ditetapkan oleh kita berdua kalo tanggal 22 Januari itu tanggal jadian kita. Dan mulai saat itu setiap tanggal 22 kita selalu peringati” bicara Fana riang.
“Gue nanya rada pribadi ya Fan, kenapa putus?” Tanya Adit penyiar radio itu serius. “Apa hubungan lu berdua engga harmonis?”
“Semua berjalan dengan baik Dit sampe kita kuliah semester pertama” nada cerita Fana mulai sedih. “Dit…, masih denger suara gue kan?” Tanya Fana.
“ooh, denger kok Fan, apa itu awal dari putusnya lu sama dia?” Tanya Adit menanggapi.
“Iya, waktu itu kita berdua harus LDR. Kita memilih cita-cita. Gue pikir akan baik-baik ajah hubungan kita kalau gue harus lanjutin studi S1 acounting gue di Canada dan dia memilih kuliah arsitektur di Jakarta” suara Fana merendah. “waktu itu tanggal 22 januari , gue liburan semester pertama dan pulang ke Indonesia. Hubungan kita genap berusia 3 tahun gue udah siapin kue buat dia………………………………… ………………..……………………………………………………………………….”
22 Januari 2007
Fana pulang ke Indonesia, hari ini 3 tahun usia hubungan Fana dengan Angga. Betapa rindunya Fana pada Angga. 6 bulan tak berjumpa, tak bertemu.
“Hallo… sore tante. Angga nya ada? Ini Fana.”
“Hallo sore juga Fan, Angganya masih di kampus Fan. Ada pesan atau engga?”
“Masih dikampus ya tante. Engga deh. Fana kekampus Angga ajah. Makasih tante”
Telepon ditutup. Fana bergegas kekampus Angga dengan mobil, Fana keliatan tidak sabar bertemu Angga kekasihnya. Kue yang dibuatnya tak lupa ia bawa, sepanjang perjalanan penuh rasa riang.
Sampai di parkiran kampus Fana sibuk bertanya dengan mahasiswa disekitar dimana Angga berada, sambil membawa kue untuk Angga, Fana merasa masih bersemangat. Ketika sampai dikoridor Fakultas Arsitektur senyumnya sumringah melihat punggung laki-laki yang menjadi kekasihnya selama 3 tahun itu. Fana berlari kecil sambil membawa kue, tak peduli betapa lelah perjalanannya dia yang jauh untuk sampai ke Jakarta menemui Angga. Belum sampai ia mendapati Angga, iya temukan tangan Angga diraih wanita lain yang  sebaya dengan nya. Fana tak bisa berkata hanya diam menatap semua yang ada didepannya.
            Lagu I don’t wanna miss a thing dari Aerosmith menjadi permohonan dari perbincangan di OzRadio tadi. Tol dalam kota ramai lancar bersama sisa gerimis dimalam ini. Gemericik suara ban menempel pada aspal yang basah ikut menemani. Fana menatap kaca depan mobilnya dengan baik, merasa lega dengan perbincangannya, entah berapa lama dia simpan segalanya sendirian. Wajahnya terlihat baik meski senyuman dari bibirnya tak sedikitpun tertarik. Meneliti apa yang Fana pikirkan menerawang jauh bersama lagu yang menyulut dari dashboard mobilnya.
**
            Diruang mata ini , kamar ini terasa luas. Hanya ada Fana sendiri disana hanyut bersama bayangannya. Fana baru saja selesai mandi, dibalutnya handuk dikepala sambil menyeruput teh hangat dipinggir meja riasnya. Malam ini terasa lelah sekali, memudahkan untuk lebih terlelap dibanding malam-malam biasanya.
            Dijendela masih ada tetesan air yang deras tanda hujan belum reda, Fana melihat keluar lewat kaca yang tidak bening karna tersapu air terus menerus. Fana melihat sebuah mobil berhenti didepan rumahnya, lampu mobil itu padam dan seseorang keluar. Dari jauh tak terlihat siapa pemiliknya, hanya samar-samar.
“siapa yang datang tengah malam begini” gumam Fana untuk dirinya sendiri sambil menuju keluar membukakan pintu.
Tuk tuk tuk , suara pintu rumah diketuk. Malam ini memang sunyi,, hanya ada Fana dirumah.
Setelah pintu dibuka Fana terkejut. Didapatinya laki-laki yang dia kenal selama ini, cinta pertamanya yaitu Angga.
“Angga…!” suara Fana gemetar menatap Angga yang ada didepannya. Tangannya membekap mulutnya serasa tak percaya.
“Maafkan aku Fan, maafkan aku…” Angga memohon didepan Fana. “Aku tak pernah tau kamu datang sore itu kekampus. Maafkan aku..”  Fana menangis.
“Kenapa kamu baru datang sekarang?” suara Fana gemetar.
Angga terdiam, wajahnya terlihat menyesal mengenang 6 tahun lalu. Tatapannya sangat kosong.Fana hanya bisa menatapnya, tangan Fana ingin sekali memeluknya tapi ia urungkan.
“Fana…” Angga memanggilnya sambil menengadah kewajah Fana. Fana menatapnya dalam seakan mengetahui apa yang ingin Angga katakan.
“Aku Angga Raditnya penyiar radio yang tadi kamu telpon”
“Fan, kamu harus tau. Aku engga pernah lupa tanggal ini. Bahkan untuk hari ini.”
Fana terharu mendengarnya, airmata menetes mendengar Angga mengatakan  itu. Tangisnya pecah didepan pintu rumahnya, kemudian Angga memeluknya.

end

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURHAT #1

Lagi dilanda rindu nih. Biasanya tiap pagi ada yang matiin alarm, nyuciin baju dan sprei, adanya bangunin buat berangkat kerja, ada temen beli jajan ke warung emak isal, ada temen ke Indomaret, ATM dan toko pakan kucing langganan. Sekarang Aku apa-apa sendiri. Udah hampir sebulan teman tidur alias adikku tertjinta mesti merantau ke Malang-Jawa Timur demi menggapai cita-cita. Dari awal kelas 12, sebenernya gue yang paling semangat sih untuk ngarahin sebenernya passion Ade Nur ke mana. Dia banyak konsultasi sampe belajar tes dan lain-lain yang dibutuhkan. Sampai akhirnya ikutan tes masuk PTN, kayak SNMPTN, SBMPTN, UM Undip dan SIMAK UI. Dan terterimalah di UNBRAW, dengan jurusan favoritnya yaitu Antropologi. Alhamdulillah. Seneng dengernya, semangat juga ngurusin ina ini, ita itu yang diperluin. Sampe anter pindahan dan ospek juga. Tapi pas pulang, gue mewek. Yha, gimana nggak sedih, ya. Selain jadi Adik, Ade Nur mungkin bisa dibilang teman baik, teman curhat terpecaya untuk hal-h

ALIHKAN

Damai di dalam jiwa yang sering kita rasa dan perasaan terlena yang sering kita ungkap itu tak lagi ada. Mungkin dimakan oleh kayu-kayu harapan yang pernah kamu buat, atau mungkin sudah habis dimakan rayap-rayap yang kelaparan karena rumah itu tak pernah jadi. Beberapa hari ini aku selalu bertanya pada Tuhan yang aku tahu meskipun aku tak bertanya padanya Dia selalu menjawab semuanya. Apa yang aku pertanyakan adalah kenyataan. . . Logika yang sudah begitu lama kau puja.