mengapa hidup begitu penuh dengan harapan. kata-kata yang sering terucap oleh mereka begitu meyakinkan. rasanya begitu membuat dada ini kembang-kempis. menunggu bahagia yang banjir akibat waktu.
bagaimana nasip seorang pemuda ini? berkali-kali mengulang kejadian yang sama di waktu yang tak jauh beda.
adakalanya aku tak mengerti cara-cara Tuhan memegang hidupnya yang begitu rumit. beberapa kali harapan itu didepan mata tapi di tatapan yang sama dia mengubahnya.
seberapa banyak Kamu mencintainya Tuhan?
kenapa senyum itu tak pernah sempat ditariknya. padahal kabar-kabar bahagia telah diterima dunia.
jika benar ada pilihan dalam hidupnya, berikanlah yang terbaik untuknya.
jika masih belum juga, aku mohon tabahkanlah hatinya, teguhkanlah imannya, tetapkanlah pandangannya hanya kepadaMu.
sore ini aku pulang setelah beraktifitas seharian. wajahku pucat pasi menahan lelah. meski tanpa cermin.
harusnya seperti biasa.
minum teh atau sejenisnya lalu duduk menonton tv kemudian bercengkrama bersama keluarga.
tidak ada kata beda. minum teh dan sejenisnya sudah dilakukan bersama keluarga dan menonton tv.
kemudian melanjutkan makan malam sendiri diantara perut kenyang disekitaran.
mata dan hati yang tak perhatikan makanan membuat gelisah. aku melihat butir airmata di kedua matanya sama banyak. aku tak ingin berbohong jika isi kepala penuh pertanyaan.
tapi mataku juga dibaca seseorang.
sebelum ku buka mulut untuk alasan berbeda ada mulut lain yang bicara.
bicara kecewa.
aku melihatnya lagi. kali ini matanya melihat kebawah. tepat kebawah.
aku pikir itu ungkapan kecewa yang lebih dalam dari yang aku punya. setelah kata kecewa di ucapkan dengan benar dan jelas.
menurutmu apa masih ada kekuatan untuk menelan sebutir nasi ketika airmata ingin jatuh tanpa permisi?
aku menangis.
"apasalahnya punya usia yang lebih tua? apa salah menjadi seorang dengan lulusan SMA? meski begitu aku masih bisa bekerja. aku bisa sekolahkan adikku sampai wisuda. aku masih bisa bermimpi memiliki keluarga. tapi apa yang dipikirkan mereka? apa tak bisa melihat ketulusanku? "
bagaimana nasip seorang pemuda ini? berkali-kali mengulang kejadian yang sama di waktu yang tak jauh beda.
adakalanya aku tak mengerti cara-cara Tuhan memegang hidupnya yang begitu rumit. beberapa kali harapan itu didepan mata tapi di tatapan yang sama dia mengubahnya.
seberapa banyak Kamu mencintainya Tuhan?
kenapa senyum itu tak pernah sempat ditariknya. padahal kabar-kabar bahagia telah diterima dunia.
jika benar ada pilihan dalam hidupnya, berikanlah yang terbaik untuknya.
jika masih belum juga, aku mohon tabahkanlah hatinya, teguhkanlah imannya, tetapkanlah pandangannya hanya kepadaMu.
sore ini aku pulang setelah beraktifitas seharian. wajahku pucat pasi menahan lelah. meski tanpa cermin.
harusnya seperti biasa.
minum teh atau sejenisnya lalu duduk menonton tv kemudian bercengkrama bersama keluarga.
tidak ada kata beda. minum teh dan sejenisnya sudah dilakukan bersama keluarga dan menonton tv.
kemudian melanjutkan makan malam sendiri diantara perut kenyang disekitaran.
mata dan hati yang tak perhatikan makanan membuat gelisah. aku melihat butir airmata di kedua matanya sama banyak. aku tak ingin berbohong jika isi kepala penuh pertanyaan.
tapi mataku juga dibaca seseorang.
sebelum ku buka mulut untuk alasan berbeda ada mulut lain yang bicara.
bicara kecewa.
aku melihatnya lagi. kali ini matanya melihat kebawah. tepat kebawah.
aku pikir itu ungkapan kecewa yang lebih dalam dari yang aku punya. setelah kata kecewa di ucapkan dengan benar dan jelas.
menurutmu apa masih ada kekuatan untuk menelan sebutir nasi ketika airmata ingin jatuh tanpa permisi?
aku menangis.
"apasalahnya punya usia yang lebih tua? apa salah menjadi seorang dengan lulusan SMA? meski begitu aku masih bisa bekerja. aku bisa sekolahkan adikku sampai wisuda. aku masih bisa bermimpi memiliki keluarga. tapi apa yang dipikirkan mereka? apa tak bisa melihat ketulusanku? "
Komentar
Posting Komentar