malam sudah lewat.
tapi kebanyakan enggan menyebutnya pagi.
wajah ini masih mengahadap ke arah kiblat dengan memangku sebuah benda mati bercahaya
menarikan jari yang sedari pagi giat bekerja
naik turun, kekanan kekiri, keatas kebawah membulatkan huruf-huruf yang ingin menjadi kata
sayang tarian jari tak memperlancar peredaran darah
tapi aku suka
kadang sesuatu yang melubangi hati susah untuk di ungkapkan
rangkaian kata yang sebenarnya ingin di ucapkan seolah membisu di rantai besi
tapi aku juga sulit menuliskannya
aku masih heran, sejauh ini dunia belum mengerti
atau aku yang harus mengikutinya?
jari ini telungkup.
berhenti.
kemudian terangkat sesekali untuk menekan salah satunya
namun yang terjadi adalah kembali telungkup.
apa yang salah?
apa barisan-barisan kata sebelumnya harus dibalas?
atau sengaja kudiamkan dan berpura-pura tidak tau.
kedua tangan akhirnya beranjak. tapi sayang bukan untuk menuliskan kalimat
keduanya menutup mata dan telinga.
tak mau mendengar dan tak mau membacanya.
tapi kebanyakan enggan menyebutnya pagi.
wajah ini masih mengahadap ke arah kiblat dengan memangku sebuah benda mati bercahaya
menarikan jari yang sedari pagi giat bekerja
naik turun, kekanan kekiri, keatas kebawah membulatkan huruf-huruf yang ingin menjadi kata
sayang tarian jari tak memperlancar peredaran darah
tapi aku suka
kadang sesuatu yang melubangi hati susah untuk di ungkapkan
rangkaian kata yang sebenarnya ingin di ucapkan seolah membisu di rantai besi
tapi aku juga sulit menuliskannya
aku masih heran, sejauh ini dunia belum mengerti
atau aku yang harus mengikutinya?
jari ini telungkup.
berhenti.
kemudian terangkat sesekali untuk menekan salah satunya
namun yang terjadi adalah kembali telungkup.
apa yang salah?
apa barisan-barisan kata sebelumnya harus dibalas?
atau sengaja kudiamkan dan berpura-pura tidak tau.
kedua tangan akhirnya beranjak. tapi sayang bukan untuk menuliskan kalimat
keduanya menutup mata dan telinga.
tak mau mendengar dan tak mau membacanya.
Komentar
Posting Komentar